Terlahir cacat, tidak memiliki kedua tangan sempurna.Tidak menyurutkan langkah Putri Herlina untuk menggapai harapan.
Masih dalam rangkaian Hari Kartini, Redaksi Tim Serpongupate.com berkesempatan mengunjungi Putri Herlina. Yakni sosok wanita hebat dan mandiri, tanpa sepasang tangan seperti orang pada umumnya.
Jumat, 22 April 2016. Waktu menunjukkan pukul 9 pagi, saat kami tiba di Jalan Latuharhari No. 4 Menteng, Jakarta Pusat. Setelah menunggu hampir 15 menit, barulah Putri Herlina dengan mengenakan kaos biru lengan pendek menemui kami. “Waduh Mas, on time banget ya, maaf sudah menunggu,” sapa Putri, yang baru saja menidurkan Aliza, anak perempuan berusia 10 bulan.
Tidak lama kemudian, pembantu rumah tangga menyajikan hidangan teh panas dan sepiring donat bertabur keju parut. Sambil menikmati sarapan pagi, obrolan kami pun mengalir.
“Hampir 24 tahun aku hidup dan tinggal di rumah panti asuhan Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta. Aku menghabiskan separuh hidup dipanti. Mulai sekolah hingga menjadi staf administrasi di panti itu,” cerita Putri kepada Redaksi Tim Serpongupdate.com.
Selama hidup di panti, Putri belajar untuk mandiri. Meskipun tidak mempunyai tangan, tetapi dia dapat melakukan kegiatannya sendiri dengan menggunakan kedua kakinya. Seperti menulis, makan, mengganti baju, mandi, menggosok gigi, menggunakan komputer, dan lain sebagainya.
Cacat bawaan, tidak menyurutkan Sang Putri untuk hidup normal seperti orang lain pada umumnya. Ia pun menamatkan pendidikan SD, SMP dan SMA di sekolah umum. Ia tidak pernah mau disiapkan meja khusus, dan tidak ingin pihak sekolah memperlakukannya terlalu istimewa. Ia cukup duduk di sebuah kursi tambahan di sampingnya, sebagai alas buku ketika ia mengangkat kakinya untuk menulis. ”Aku tidak perlu mendapat perhatian khusus, apalagi dikasihani,” ujar Putri yang sempat ditolak saat masuk SMA, karena cacat.
Di tangan orangtua angkatnya, Bapak dan Ibu Naryo, Putri tumbuh menjadi anak perempuan yang berbeda dan memiliki kelebihannya sendiri. Ia lincah dengan kedua kakinya, sehingga mampu membantu pekerjaan di panti. Mulai dari menerima kedatangan para donatur dan tamu, berkomunikasi, mengerjakan administrasi panti dan merawat anak cacat setiap hari dilakukan.
Untuk diketahui, Yayasan Sayap Ibu didirikan oleh Soelastri, istri Bung Tomo, pada 10 November 1955 dan genap berusia 60 tahun pada tahun 2015 di Indonesia. Wawancara yang berlangsung sekitar 1.5 jam tersebut, berjalan hangat dan penuh cerita seorang bidadari tanpa sayap yang menginspiratif Tim Redaksi Serpongupdate.com dalam artikel berikutnya. (Tim SU)