Serpongupdate.com – Markas Besar Tentara Nasional Indonesia (Mabes TNI) bersama 13 personel Australian Defence Force (ADF) dan 2 perwakilan militer Timor Leste menggelar Initial Site Survey (ISS) di Desa Panggarangan dan Desa Situregen, Kabupaten Lebak, Banten. Survei yang berlangsung selama dua hari (5-6 Mei 2025) ini merupakan tahap persiapan Latihan Gabungan Bersama Terpadu (Latgabmapad) Bhakti Kanyini AusIndo 2025 yang akan diselenggarakan pada Oktober mendatang.
Latihan tersebut bertujuan meningkatkan kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana gempa megathrust dan tsunami di zona Selat Sunda. Kegiatan ini akan melibatkan ratusan personel militer dan sipil dari berbagai negara, termasuk perwakilan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan SAR Nasional (BASARNAS).
Peran Strategis Gugus Mitigasi Lebak Selatan
Gugus Mitigasi Lebak Selatan (GMLS) menjadi mitra kunci dalam koordinasi lapangan. GMLS merupakan komunitas lokal yang telah mendapat pengakuan IOC-UNESCO sebagai komunitas yang secara aktif dan mandiri menginisiasi Program Masyarakat Siap Tsunami (Tsunami Ready Community Program) di Desa Panggarangan pada tahun 2021. Pencapaian ini menjadi lebih bermakna karena GMLS berhasil mengimplementasikan program tersebut tanpa dukungan pendanaan dari pemerintah daerah.
“Pengalaman dan kemandirian GMLS dalam membangun kesiapsiagaan masyarakat terhadap tsunami menjadi aset berharga dalam latihan ini. Mereka memahami kondisi sosial dan geografis wilayah dengan sangat baik,” ujar perwakilan Sops TNI.
Keterlibatan GMLS dalam ISS menjadi bukti pengakuan terhadap kapasitas masyarakat lokal dalam sistem penanggulangan bencana nasional. “Kolaborasi dengan BNPB, BASARNAS, dan GMLS memperkuat sinergi antara instansi nasional dan masyarakat dalam menghadapi bencana,” tambahnya.
Selama dua hari, tim gabungan meninjau kesiapan lokasi dan infrastruktur pendukung. Latihan ini mengangkat skenario gempa berkekuatan magnitudo 8,7 di laut Selatan Banten yang dapat memicu tsunami setinggi 10-15 meter.
Desa Panggarangan dan Situregen dipilih sebagai lokasi simulasi untuk uji coba evakuasi korban, pembangunan helipad darurat, operasi medis darurat, pencarian korban dengan teknologi life locator, penjernihan air, serta penanganan NUBIKA (Nuklir, Biologi, Kimia) dan pemadaman kebakaran.
“Kehadiran BNPB dan BASARNAS dalam ISS ini sangat krusial untuk memastikan koordinasi teknis dan prosedur standar operasi bencana. Sementara itu, GMLS berperan penting dalam memastikan keterlibatan masyarakat lokal dan mengoptimalkan pengetahuan lokal yang mereka miliki,” jelas perwakilan dari ADF.
Latgabmapad Bhakti Kanyini AusIndo merupakan latihan tahunan Humanitarian Assistance and Disaster Relief (HADR) antara TNI dan ADF, dengan partisipasi lembaga internasional seperti MRF-D (Australia) dan BHA (Amerika Serikat). Tahun ini, latihan difokuskan di wilayah rawan bencana Lebak Selatan, melanjutkan kegiatan serupa yang sebelumnya diselenggarakan di Darwin pada 2024.
Pemilihan skenario megathrust Selat Sunda merujuk pada penelitian BMKG yang memprediksi potensi gempa hingga M9,0 di zona subduksi tersebut. Keterlibatan Desa Panggarangan dan Situregen sebagai lokasi simulasi didasarkan pada kerentanan wilayah tersebut terhadap dampak gempa dan tsunami, serta keberhasilan program kesiapsiagaan yang telah dirintis GMLS sejak empat tahun lalu.
“Selain peningkatan kapasitas operasional, latihan ini menjadi wadah diplomasi militer untuk memperkuat hubungan dengan negara sahabat dan mengadopsi praktik terbaik dalam pemberdayaan masyarakat seperti yang telah dilakukan GMLS,” tambah perwakilan TNI.
Seluruh akomodasi peserta telah disiapkan di Hotel Swarna Bayah dan Gran Melia Jakarta, dengan transportasi terpadu menggunakan bus TNI. Personel diwajibkan mematuhi protokol keamanan yang ketat selama kegiatan berlangsung. (Rls)