Peran dunia usaha dalam menciptakan lingkungan yang ramah anak seringkali dipandang sebelah mata. Selain pemerintah, masyarakat dan peran dunia usaha juga menjadi salah satu pilar penting dalam meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak.
Untuk itu Dinas Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DPMP3AKB) menggelar evaluasi pengembangan Kota Layak Anak kepada Asosiasi Perusahaan Sahabat Anak, bertempat di Aula Puspemkot Tangsel, Gedung 1 lantai 3A.
Kepala DPMP3AKB Tangsel, Khairati, menerangkan, DPMP3AKB membentuk Asosiasi Perusahan Sahabat Anak Indonesia (APSAI) dengan tujuan yakni memperhatikan kesejahteraan anak-anak Tangsel, dan juga akan mendampingi, membantu serta memberikan penghargaan kepada perusahaan yang memiliki kebijakan program maupun produk yang layak anak.
“APSAI menjadi wadah sinergi dan percepatan upaya perlindungan anak terutama untuk memastikan peran serta sektor swasta di Tangsel,” ungkapnya
Sementara itu, Managing Partner dari Indonesia Association of Child Friendly Companies, S Luhur Budijarso, menjelaskan, dunia usaha ini kan akan berinteraksi dengan anak, dan memberikan dampak baik langsung ataupun tidak langsung kepada anak. Makanya, penting mendukung perusahaan untuk menjadi layak anak.
“Sebuah perusahaan bisa disebut layak anak, paling tidak harus mempunyai kebijakan, produk dan program yang ramah terhadap anak,” ungkapnya.
Jadi yang dilihat dalam perusahaan sahabat anak itu tiga P, pertama policy, bagaimana kebijakan perusahaan itu pro child. “Contoh penyediaan ruang ASI, cuti ibu melahirkan, mengenai flexy time untuk ibu yang melahirkan,” katanya.
Disamping itu, memastikan bahwa perusahaan atau secara khusus bagian SDM agar setiap anak dari para karyawannya memiliki akta kelahiran juga penting. Karena jika anak tidak memiliki akta kelahiran yang jelas, akan menghilangkan akses asuransi dan kesehatannya.
Sedangkan untuk produk ialah bagaimana sebuah usaha atau perusahaan memastikan, bahwa produknya aman dan juga ramah untuk anak. Misalnya saja produk makanan. Apakah produknya aman atau tidak.
“Jadi bagaimana lingkungan perusahaan itu berada juga ramah terhadap anak, misalnya saja dengan menerapkan corporate social responsibility yang mendukung sebuah kota layak anak,” pungkasnya. (Adv)