Serpongupdate.com – Divisi Pendidikan dan Pelatihan (DPP) Yayasan Masjid Rahmatanlil’alamin, Tangerang bersama Ruang Jurnalis Remaja Masjid Rahmatanlil’alamin (Marala) adakan workshop jurnalistik. Peserta, tidak hanya diikuti remaja masjid tetapi juga pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum.
Wahyudin ketua pelaksana acara mengatakan, kegiatan dilakukan guna mencegah semakin banyaknya informasi hoax yang beredar di media sosial. Tantangan tersebut harus dicounter oleh para pengguna media sosial aktif lainnya dengan menyiarkan informasi atau berita yang objektif, aktual, dan factual.
Berangkat dari permasalahan tersebut, DPP Marala dan Ruang Jurnalis mengadakan pelatihan jurnalistik yang mengusung tema “Bersama Atasi Ketidakmengertian Menulis Berita, Bukan Hoax.”
“Workshop Junalistik diikuti oleh pelajar, mahasiswa maupun masyarakat umum yang merupakan diantara pengguna sosial yang aktif dan intensif,” ujarnya, Senin, (20/12/21).
Lanjutnya, seiring dengan kemajuan teknologi dan keterbukaan informasi, membawa ekses tersendiri. Diantaranya yaitu banyak bertebaran berita atau informasi hoax yang tidak sesuai dengan kaidah jurnalistik.
Permasalahan tersebut terjadi karena dengan mudahnya setiap orang menulis informasi dan berita diberbagai media sosial secara bebas. Kebebasan tersebut, pada akhirnya menjadi permasalahan tersendiri terutama pada aspek etika jurnalistik.
Wahyudin menyampaiakan pengertian apa itu Ruang Jurnalis?. Ruang Jurnalis adalah tempat orang-orang yang menyukai kewartawanan atau jurnalisme.Profesi kegiatan menghimpun berita, mencari fakta, dan melaporkan peristiwa.
“Ruang Jurnalis berperan ketika ketidakadilan dan kezaliman menguasai ruang publik, sekaligus menjadi pengayaan intelektual dari insan pers,” tandasnya.
Prio Ambardi, perwakilan DPP Marala menyampaikan, berdasarkan realitas tersebut, posisi remaja masjid sangat penting dan strategis dalam meluruskan informasi yang banyak terdistorsi. Melalui kegiatan pelatihan jurnalistik dasar di kalangan remaja ini menjadi uapaya penting dan strategis untuk membina dan melatih kalangan remaja dalam menulis berita jurnalistik sesuai dengan kaidah jurnalistik.
Selain itu, hasil dari kegiatan pelatihan ini diharapkan dapat menjadi teori dan referensi dalam pengembangan seorang jurnalis bekekerja.
“Fungsi anda sebagai remaja masjid untuk menganalisa dan menyampaikan kembali kepada masyarakat mengenai kebenaran sebuah berita. Diharapkan untuk remaja masjid setelah mengikuti workshop jurnalistik ini, keterampilan menulis berita jurnalistik menjadi lebih mahir,” ujarnya.
Pasalnya, generasi muda muslim dan remaja masjid merupakan Agent of Change yang dituntut untuk mampu mengusai segala entitas perubahan zaman. Seperti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dinamika dan problematika perkembangan masyarakat, hingga hegemoni media massa yang berbasis online networking.
“Kalau dulu di zaman saya masih diajari menulis stenografi, menulis ringkas dan cepat yang biasa dipakai untuk menyalin pembicaraan. Tapi sekarang sudah cukup hanya direkam dari pembiaraan bias langsung ditranslate, perkembangan hari ini sudah begitu sangat maju,” kenangnya.
Ketua Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Provinsi Banten Wahyu Hariyadi salah satu narasumber mengapresiasi workshop jurnalistik yang diadakan oleh Marala.
“Remaja masjid juga perlu mengikuti pelatihan jurnalistik dasar. Agar paham dan mengerti bagaimana sebuah berita diproduksi oleh perusahaan media hingga dipublikasikan,” terangnya.
Shelli, nara sumber dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberikan materi seputar bagaimana teknik reportase, dan rumus berita. Menurutnya dewasa ini, di tengah semakin maraknya berbagai media sosial, berimplikasi pada pola baru penyebaran informasi dan komunikasi melalui media online.
“Begitu masifnya arus informasi melalui social media, masyarakat semakin mudah mengakses informasi tentang berita dan peristiwa yang terjadi di berbagai tempat tanpa adanya batasan ruang dan waktu. Fenomena tersebut, di sisi lain menyebabkan adanya distorsi informasi dan banyaknya berita“hoax” yang tidak jelas asal-usulnya serta tidak dapat dipertanggungjawabkan,” paparnya.
Peserta yang mengikuti workshop jurnalis DPP Marala berjumlah 27 orang. Berbagai amanah lain telah dan akan dilaksanakan. Diantaranya, pendidikan formal yang bekerjasama dengan salah satu peguruan tinggi serta program keahlian IT sebagai peningkatan sumber daya manusia bagi pemuda tiap tahun. (Red)