24.3 C
Tangerang Selatan
Rabu, 19 Maret 2025
Serpong Update
ADVERTORIAL

Ayo! Ciptakan Masa Tua Berkualitas Mulai Sekarang, Ini yang Perlu Diketahui

Serpongupdate.com – Tidak bisa dipungkiri setiap manusia akan bertemu hari tua. Di hari tua, tubuh sudah tidak bisa lagi mendukung aktivitas seperti di masa muda. Kondisi fisik pun mulai melemah dan daya pikir sudah berkurang. Jika sudah begini, idealnya Anda tinggal menikmati hidup dengan lancar dan bahagia bersama keluarga.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) terdapat 29,3 juta penduduk usia lansia di Indonesia pada tahun 2021 (sekitar 10,82% dari total penduduk Indonesia) dan angka harapan hidup : 61,3 tahun pada tahun 1992, dan 71,38 tahun pada 2019 dan pada tahun 2020 (BPS) dan terdapat 13,2% lansia di Indonesia yang tertolong sehat dan bugar (data berdasarkan kategori kerentanan/Frail di Indonesia 2013).

Untuk diketahui usia lanjut atau lansia itu adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas. Ada pandangan yang beranggapan, bahwa populasi lansia ini dianggap sakit, senilis, konyol, sexless, tidak fleksibel, irritable (sensitif/mudah tersinggung atau marah), tidak memiliki kontribusi dan terlalu tua untuk tindakan preventif atau kurang mendapat perhatian, tersisih dan terlantar.

Namun, sudah siapkah Anda menyambut hari tua dengan bahagia? Idealnya, di masa tua, Anda tak perlu lagi bekerja keras untuk memenuhi hidup. Anda juga harus menyiapkan hal-hal lainnya untuk kehidupan di hari tua.

Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RSU Tangsel, yakni dr. Yuni Ekowati, Sp.KFR berbagi tips agar bisa menikmati masa tua dengan kondisi badan yang sehat dan berkualitas.Menurutnya ada  14 masalah kesehatan yang sering dijumpai pada lansia yang disebut dengan Sindrom Geriatri.

  1. Imobilisasi

Imobilisasi atau yang sering di sebut kurang bergerak atau aktifitas hal ini sudah pasti disebabkan karena pada lansia ada penurunan masa otot, gangguan saraf dan penyakit jantung paru. Pada lansia yang hanya mampu tirah baring (hanya berbaring ditempat tidur-red).

“Sehingga diperlukan latihan sesegera mungkin secara bertahap untuk mencegah komplikasi akibat tirah baring lama seperti kekakuan sendi, gangguan pernapasan dan luka tekan/dekubitus yang sering terjadi pada lansia, dan perlu peran keluarga,” terang dr. Yuni Ekowati.

2. Instabilitas atau Tidak stabil.

Dimana terjadinya penurunan kekuatan otot, gangguan penglihatan, gangguan keseimbangan. Sehingga membuat lansia mudah jatuh, dan perlu mengidentifikasi faktor penyebab jatuh seperti identifikasi penyakit atau gangguan yang ada, pemakaian obat yang beresiko membuat jatuh, serta kondisi lingkungan yang dapat menyebabkan jatuh. Untuk itu diperlukan penggunaan alat bantu jalan dan modifikasi lingkungan tempat tinggal perlu dilakukan untuk mencegah jatuh.

3. Inkontinensia Urine

Merupakan kondisi ketika seseorang sulit menahan buang air kecil. Hal itu dipicu dengan mengecilnya volume kandung kencing, penurunan kekuatan otot dasar panggul dan  otot sfingter, akibat proses penuaan menyebabkan lansia sering buang air kecil.

Kemudian diperberat juga dengan kondisi lain seperti imobilisasi dan infeksi saluran kencing sehingga perlu evaluasi secara lengkap untuk mencari penyebab ngompol dan dilakukan tindakan untuk mengatasi gangguan mengompol.

Seperti diketahui,  masalah mengompol ini dapat menurunkan kualitas hidup lansia (seperti sering terbangun malam hari untuk ke toilet sehingga waktu tidur terganggu).

4. Gangguan Intelektual atau Dimensia

Pada lansia sering terjadi kemunduran ingatan karena penurunan jumlah sel syaraf otak dan adanya penyakit yang mengganggu metabolism,  sehingga tubuh tidak dapat menyediakan suplai energi dan oksigen yang cukup ke otak.

Untuk itu dan perlu bantuan keluarga atau orang-orang sekitar mendukung agar lansia dengan gangguan intelektual dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. “Jika perlu dibuatkan catatan kegiatan, stimulasi atau latihan fungsi, sehingga membantu lansia dengan gangguan ingatan. Beberapa kondisi juga memerlukan pengobatan,” ujarnya.

5. Infeksi

Infeksi yang sering terjadi pada lansia adalah penurunan sistem kekebalan tubuh dan kemampuan faali, sehingga mudah terjadi infeksi gejala tidak khas. Antara lain, kadang tidak ada demam tiap keluhan berupa lemas, tidak nafsu makan dan bahkan kesadaran menurun, infeksi yang sering terjadi pada lansia adalah pneumonia (infeksi paru-paru).

Hal ini disebabkan karena penurunan refleks batuk dan kemampuan paru untuk membersihkan jalan napas berkurang sehingga dahak sulit dikeluarkan.“Dengan olah raga ringan dan latihan pernapasan sangat membantu untuk mempertahankan kesehatan paru-paru,” ucapnya.

6. Gangguan Penglihatan dan Pendengaran.

Proses penuaan terjadi pada kornea dan lensa mata, kelemahan otot dan kulit kelopak mata, perubahan sistim air mata dan perubahan struktur bola mata menjadi penyebab penurunan fungsi penglihatan.Pada lansia gangguan pendengaran terjadi karena perubahan pada organ dalam telinga dan penurunan fungsi syaraf pendengaran.

Pemberian alat bantu penglihatan atau pendengaran dan tatalaksana tindakan medis seperti operasi dapat membantu memperbaiki fungsi penglihatan dan pendengaran sehingga kualitas hidup dapat ditingkatkan.

7. Konstipasi

Konstipasi atau yang juga dikenal dengan sebutan sembelit adalah kondisi sulit buang air besar.

Bisa disebabkan karena asupan makanan dan serat yang berkurang, menurunnya kemampuan mengunyah dan aktifitas fisik yang berkurang dan pada lansia dengan konstipasi disarankan memperbanyak konsumsi makanan berserat seperti buah dan sayuran, serta mobilisasi atau melakukan aktifitas fisik ringan sesuai kemampuan.

8. Isolasi atau Depresi

Depresi merupakan masalah signifikan pada lansia yang sering terlewatkan. Prevalensi global gangguan depresi pada lansia sebesar 61,6 %  berdasarkan WHO pada tahun  2017.

Penyebab utama depresi pada lansia rasa kehilangan seseorang yang disayang (anak, pasangan hidup, atau keluarga), adanya penyakit kronis, terisolasi dan lingkungan sosial, penurunan kemampuan atau produktifitas.

Disini, keluarga memiliki peran penting memberikan perhatian yang cukup terhadap anggota keluarga yang lansia. Dengan mempertahankan gaya hidup sehat seperti  berolah raga ringan setiap hari, mengkonsumsi makanan bergizi serta menjaga aktifitas sosial dapat melindungi lansia dari depresi.

9. Inanisi

Inanisi atau malnutrisi/kurang gizi dapat disebabkan karena faktor lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial, kemiskinan.Faktor kesehatan dapat berupa penyakit fisik dan mental, obat-obatan, gangguan panca indera.

Pemberian asupan makanan yang bergizi yang sesuai dengan kebutuhan dengan memperhatikan konsistensi makanan dan diberikan dalam porsi kecil namun sering dapat membantu mencegah kekurangan gizi pada lansia. Contohnya makana rendah lemak dan kalori 6x penyajian, buah 2-4 x penyajian, susu 2-3x penyajian, daging 2-3x penyajian, dan hindari makanan siap saji.

10. Impecunity

Impeunity adalah dalah tidak bekerja atau tidak punya uang, Semakin bertambah usia kemampuan tubuh dalam menyelesaikan suatu pekerjaan akan semakin berkurang, sehingga jika tidak bekerja maka tidak punya penghasilan.

11. Iatrogenesis

Adalah penyakit akibat pemakaian obat yang banyak. Sering dijumpai pada lansia dengan beberapa penyakit kronis yang membutuhkan obat yang banyak dan pengobatan dalam jangka waktu yang lama dan perlu pengawasan dokter dalam pemakaian obat-obatan.

12. Insomnia

Adalah gangguan pola tidur seperti sulit masuk dalam proses tidur, tidur tidak nyenyak dan mudah terbangun, jika terbangun susah tidur kembali, lesu setelah bangun tidur dan perlu pengaturan aktivitas disiang hari agar pola tidur dimalam hari lebih baik.

13. Defisiensi Imunitas

Adalah daya tahan tubuh menurun. Salah satu akibat proses menua, meskipun kadang bisa juga karena penyakit menahun dan asupan gizi yang kurang. Asupan gizi yang cukup, olah raga ringan secara teratur dapat meningkatkan daya tahan tubuh pada lansia. Pemberian vaksin terhadap beberapa penyakit dapat dipertimbangkanuntuk meningkatkan daya tahan tubuh lansia.

14. Impotensi atau Lemah Syahwat.

Hal ini terjadi karena terhambatnya aliran darah ke alat kelamin, akibat kekakuan pada dinding pembuluh darah baik karena proses penuaan ataupun akibar penyakit kronis. Pada lansia perempuan masalah seksual biasanya terjadi karena penurunan produksi cairan pelumas pada vagina.

Ke 14 masalah  di atas disebut dengan Sindrom Geriatri. Data penyakit yang dijumpai pada lansia yakni Hipertensi, Diabetes Melitus, Osteoartritis, Osteoporosis, penyakit jantung, penyakit serebrovaskuler, infeksi, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, depresi dan demensia.

Terkait kualitas hidup pada lansia.Difinisi kualitas hidup pada lansia, adalah bahwa lansia tidak hanya harus sehat secara fisik, tetapi juga sehat secara psikis, sosial, mental dan spritual serta lingkungan yang membantu lansia meningkatkan kualitas hidupnya.

Menurut dr. Yuni Ekowati, Sp.KFR, peningkatan kesehatan lansia dapat diberikan melalui tindakan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Apa itu promotif, promotif adalah meningkatkan semangat atau gairah hidup lansia sehingga merasa dihargai dan berdaya guna. Ditujukan juga untuk keluarga dan masyarakat agar memberikan dukungan untuk lansia. Promosi PHBS, gizi, penyakit degeneratif, peningkatan kesegaran jasmani dan memelihara kemandirian.

Lebih lanjut ia memaparkan, terkait preventif adalah mencegah sedini mungkin terjadinya penyakit dan komplikasi akurat proses degeneratif, Deteksi dini dan pemantauan kesehatan lansia dilakukan berkelompok KMS lansia.Kuratif adalah pengobatan dan perawatan dilakukan oleh instansi kesehatan (Pukesmas, RS) atau dokter praktik.

Rehabilitatif adalah rehabilitasi medik, edukatif, pengembangan keterampilan atau hobi. Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan fungsional semaksimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimiliki untuk mempertahankan dan atau meningkatkan kualitas hidup seoptimal mungkin. Dilakukan melalui pendekatan medis, psikososial, kultural dan spiritual.

Program rehabilitasi medik diberikan dalam bentuk latihan fisik, pemakaian modalitas fisik/alat, penggunaan alat bantu (ortosis) dan prosthesis, serta memodifikasi lingkungan.

Kemudian, program latihan fisik adalah latihan penguatan otot (anggota gerak atas dan bawah), latihan untuk ketahanan atau endurance (kebugaran jantung paru). Program pemberian alat atau modalitas fisik, Biasanya bertujuan untuk mengurangi nyeri, mengurangi kekakuan otot menggunakan otot yang lemah, dan mengurangi infilamasi sendi dan pemberian alat modalitas fisik biasanya diberikan di poli rehabilitasi medik.

Pemberian alat bantu (ortosis) dan alat ganti bagian tubuh (prosthesis ortosis) seperti tongkat, walker, kolset, deker dan lain-lain. Sedangkan penggantian bagian tubuh seperti tangan dan kaki palsu, memodifikasi lingkungan bertujuan untuk mengurangi risiko jatuh dan membantu pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

Dalam sesi wawancara tersebut, dokter berhijab ini menekankan, yang harus dilakukan lansia agar hidup berkualitas dengan menjaga dan meningkatkan kesehatan fisik, meningkatkan derajat kesehatan mental, meningkatkan kemandirian, berdaya guna sesuai kemampuan, mempersiapkan diri dari segi mental dan spiritual untuk menghadapi kematian.

Sedangkan dengan lansia tirah baring dan tidak mampu beraktifitas mandiri, perlu peran serta keluarga atau caregiver. Dimana pelaku rawat mampu mengetahui apa saja yang harus dilakukan guna mencegah komplikasi akibat tirah baring lama, adanya komplikasi akibat tirah baring lama akan menurunkan kualitas hidup. (Adv)

Berita Terkait

Leave a Comment