Serpongupdate.com – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama United States Agency for International Development (USAID) menggelar acara Indonesia Water, Sanitation, Hygiene (WASH) dan Water Resource Management (WRM) Investment Forum di Jakarta, Selasa (17/9/2024). Forum ini mengundang sebanyak 300 orang peserta untuk berpartisipasi yang berasal dari
sektor swasta dan pemerintah yang mana memiliki fokus usaha dan kegiatan di sektor air minum, sanitasi, dan PSDA, dan penyediaan dana (financier).
Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Triono Junoasmono mengatakan, forum nasional ini bertujuan untuk mengeksplorasi mekanisme pembiayaan yang berkelanjutan dan inovatif, dengan mempertemukan para investor, pemilik proyek, perusahaan pendukung sektor, dan start-up yang sedang berkembang, untuk meningkatkan akses terhadap sektor air, sanitasi, dan pengelolaan sumber daya air yang tangguh dan berkelanjutan.
“Melalui kemitraan erat dengan USAID IUWASH Tangguh, kami mendorong upaya peningkatan layanan air dan sanitasi di wilayah perkotaan yang rentan, sekaligus memperkuat ketahanan iklim dari layanan penting ini dan pengelolaan sumber daya air kita,” kata Triono.
Triono berharap, forum ini diharapkan dapat membuka peluang kolaborasi bagi investasi di sektor terkait, serta menciptakan sinergi yang lebih kuat antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. “Saya mengajak seluruh peserta untuk aktif berpartisipasi dalam diskusi dan kolaborasi selama forum ini berlangsung. Bersama-sama, mari kita wujudkan Indonesia yang lebih inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan dalam penyediaan layanan air minum, sanitasi, dan pengelolaan sumber daya air,” kata Triono.
Diungkapkan Triono, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam pembangunan infrastruktur untuk mendukung Visi Indonesia Emas 2045. Dengan diterbitkannya RPJPN 2025-2045, akses rumah tangga perkotaan terhadap air mium perpipaan ditargetkan tercapai 100% pada 2045, diikuti dengan target sanitasi aman sebesar 70%.
“Indonesia, dengan populasi sekitar 280 juta jiwa, masih menghadapi tantangan akses air minum perpipaan. Capaian rumah tangga dengan akses air minum perpipaan masih stagnan pada angka 19,76%, cukup rendah dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya seperti Filipina 59%, Thailand 71%, Malaysia 95%, dan Singapura 100%,” ujar Triono.
Saat ini, menurut Triono, target 30% akses air minum perpipaan direncanakan akan dipenuhi melalui program 10 Juta Sambungan Rumah (SR). Namun hingga saat ini, estimasi capaian baru mencapai 4,46 juta SR dan menyisakan gap 5,54 juta SR.
“Di sisi lain, pada periode 2020-2024, kebutuhan investasi sebesar Rp 123,4 Triliun dibutuhkan untuk memenuhi target 10 juta SR tersebut, dengan proporsi APBN sebesar Rp 77,9 Triliun (63,4%), dan APBD sebesar Rp 15,6 Triliun (13%). Sehingga, terdapat kesenjangan pendanaan sebesar Rp 29,9 Triliun (24%) yang perlu dipenuhi melalui skema pembiayaan alternatif,” ujar Triono.
Sementara pada sektor sanitasi, Indonesia baru mencapai 12% akses sanitasi aman, dari target 30% pada tahun 2024. Untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan investasi sebesar Rp 140,9 Triliun, dengan proporsi APBN sebesar Rp 73,5 Triliun (52%) dan APBD sebesar Rp 1,7 Triliun (1,2%). Sehingga, terdapat kesenjangan pendanaan sebesar Rp 65,7 Triliun (46,6%) yang perlu dipenuhi melalui skema pembiayaan alternatif.
Jeff Cohen selaku Mission Director USAID Indonesia mengatakan, USAID Indonesia senang bisa berkolaborasi dengan Pemerintah Indonesia dan pihak swasta untuk mendorong pembiayaan inovatif dan investasi swasta yang berperan penting dalam mewujudkan peningkatan akses air minum dan sanitasi yang aman dan berkelanjutan serta pengelolaan sumberdaya air yang berketahanan iklim.
“Mari bersama kita dukung upaya ini untuk masyarakat Indonesia yang lebih sehat dan tangguh,” ujar Jeff Cohen – Mission Director USAID Indonesia. (Rls)