Penyediaan air bersih dan penanganan banjir masih menjadi salah satu masalah kota besar seperti Tangerang.
Wali Kota Tangerang Arief R. Wismansyah, Senin (31/07) berkunjung ke Kantor Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWS) di Jakarta.
“Jadi maksud dari kunjungan tersebut adalah untuk membahas terkait persoalan peningkatan cakupan pelayanan air bersih di wilayah Kota Tangerang,” ujar Kepala Bidang Sumber Daya Air Kota Tangerang, Taufik Syahzeni.
Sebagaimana diketahui selama ini, Pemkot Tangerang sedang gencar-gencarnya memenuhi kebutuhan dasar masyarakat salah satunya terkait dengan pemenuhan kebutuhan air bersih yang ditargetkan mencapai 35000 SR.
Dan untuk diketahui, saat ini baru 30 persen masyarakat terlayani air bersih melalui layanan PDAM, dengan rincian 24 persen dari PDAM Tirta Kertarahardja dan 6 persen dari PDAM Tirta Benteng. Dengan rincian jumlah sambungan langganan PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang pada akhir tahun 2016 mencapai 29.926 SL dengan ekuivalen jiwa terlayani sekitar 138,030 jiwa.
“Program penyediaan sarana air bersih, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah menjadi salah satu cara untuk mengakomodasi kebutuhan itu,” terangnya.
Namun hal itu memerlukan infrastruktur penunjang yang representatif, seperti pembangunan pipa dan tersedianya intake yang bisa mensuplai kebutuhan tersebut.
Oleh karenanya, sambung Taufik, pihaknya berkunjung ke BBWS untuk mengajukan permohonan penambahan izin pengambilan air baku dari Cisadane dengan kapasitas mencapai 1.500 liter per detik.
“Penambahan ini dimaksudkan untuk menambah layanan pada zona 2 dan 3 di wilayah Kota Tangerang,” tuturnya.
Dalam tanggapannya, Kepala Balai Iskandar menjelaskan bahwa pihak BBWS siap membantu pemkot membangun intake.
“Mudah mudahan awal tahun depan bisa dikerjakan. Untuk perizinnya pihak pemkot diminta segera menyelesaikan rekomendasi teknisnya ke BBWS,” terangnya.
Sementara itu, terkait penanganan banjir, pihak BBWS menyatakan kesiapannya untuk menyelesaikan normalisasi Sungai Cisadane.
Untuk Cisadane akan segera dilakukan pengerukan, sampai tahun 2018, paling lambat Oktober dan November 2017 dimulai lagi. Sedang untuk Sabi dan Cirarab masuk program Pembenahan Kementerian PUPR.