Serpongupdate.com – Raungan suara sirine mendadak bergema sebagai petanda telah terjadi gempa bumi. Situasi darurat itu disertai dengan ratusan orang pegawai yang lari berhamburan keluar gedung Pusat Pemerintahan Kota (Puspemkot) Tangerang Selatan (Tangsel) untuk menyelamatkan dirinya masing-masing.
Para pegawai di gedung berlantai tujuh itu lari melewati jalur evakuasi yang telah tersedia. Mereka menyelamatkan diri ke luar gedung dan berkumpul di tanah lapangan upacara dipandu oleh petugas satuan kerja.
Peristiwa bencana alam gempa bumi di atas bukan kejadian sebenarnya. Situasi di atas merupakan kegiatan simulasi gempa yang diprakarsai Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tangsel bertepatan dengan peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HGB) 2018 yang mengusung tema “Siap untuk Selamat!”.
“Kegiatan simulasi gempa ini sengaja kami gelar sebagai sarana edukasi bagi diri sendiri, keluarga dan komunitas dalam kerangka kesiapsiagaan bencana,” kata Kepala Pelaksana (Kalaks) BPBD Kota Tangsel di Jalan Raya Maruga Nomor 1, Serua, Kecamatan Ciputat, Kamis, 26 April 2018.
Kegiatan simulasi bertepatan dengan peringatan HGB 2018 yang diselenggarakan oleh BPBD Kota Tangsel ini diawali dengan apel bersama yang dipimpin langsung oleh Walikota Airin Rachmi Diany selaku pembina upacara.
Menurut Chaerudin, simulasi edukasi gempa ini sangat penting untuk meningkatkan pemahaman suatu peristiwa bencana. Pesan utama kampanye yang diusung adalah proses penyadaran. BPBD Kota Tangsel berpedoman pada azas serta filosofi ingin membangun gerakan latihan kesiapsiagaan.
Chaerudin menegaskan, tentu perlu dibangun partisipasi dan kemitraan bersama antara masyarakat dengan lembaga resmi dengan semangat gotong-royong, kesetiakawanan dan kedermawanan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, pada periode 2017 lalu ada sekitar 2.341 kasus bencana terjadi di seluruh Indonesia.
Ditambahkannya, dengan adanya peringatan HKB, Chaerudin berharap masyarakat di Kota Tangsel dapat meningkatkan kesadaran, kewaspadaan, dan kesiapsiagaan dalam menghadapi risiko bencana. Baik kesadaran individu maupun kelompok.
“BPBD Tangsel ingin mendorong terjadi perubahan besar paradigma dalam penanggulangan bencana. Dari semula yang bersifat responsif beralih ke prefentif,” tegasnya. Chaerudin menyebutkan, ada sejumlah jenis rawan bencana yang kerap terjadi di Kota Tangsel. Diantaranya, banjir, tanah longsor, gempa dan pohon tumbang.
Chaerudin menyebutkan, pencananganHKB Nasional yang diperingati pada 26 April pada setiap tahunnya ini telah disepakati dan tertuang dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana disahkan. Perangkat hukum tersebut adalah yang pertama untuk penanggulangan bencana.
Keterbatasan sarana dan prasarana pendukung yang dimiliki BPBD Kota Tangsel, lanjutnya, tidak mengurangi ketangguhan secara inklusif dan berkelanjutan. Sinergisitas dengan beragam kelompok relawan terus dijalin dalam membangun partisipasi dan kemitraan masyarakat.
“Edukasi ini untuk masyarakat dan bentuk perhatian walikota, wakil walikota dan sekda. Apabila terjadi bencana cepat tanggap dan selalu turun ke lokasi banjir, gempa ataupun longsor. Dengan mengetahui dan memahami bencana yang dihadapi, masyarakat bisa lebih tanggap dalam menyelamatkan diri,” tambah Chaerudin.
Terpisah di lokasi yang sama, Walikota Airin Rachmi Diany bersama Wakil Walikota Benyamin Davnie menyampaikan pandangan yang sama atas terselenggaranya simulasi bencana tersebut. Kegiatan ini hendaknya menjadi bahan pengetahuan bagi semua pihak terkait kesiapsiagaan pada suatu saat bila terjadi bencana.
“Mudah-mudahan tidak terjadi suatu bencana di lingkungan kantor kita dan di Kota Tangerang Selatan pada umumnya. Kami merespon kegiatan ini dan kita berikan applause,” ungkap Airin yang juga didampingi sejumlah pejabat lainnya di lingkup Pemerintah Kota Tangsel.
Pada kesempatan itu juga dilakukan simulasi musibah kebakaran. Sejumlah unit mobil pemadam kebakaran datang dan langsung berupaya memadamkan kepulan asap dari lantai 3 Gedung SKPD 1 di Puspemkot Tangsel. Simulasi ini juga ditandai dengan proses penyelamatan terhadap para penghuni gedung yang turut menjadi korban.
Simulasi ini juga turut menggandeng organisasi perangkat daerah setempat yang lainnya. Diantaranya, Bagian Perlengkapan dan Rumah Tangga Sekretariat Daerah, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan.
Kemudian juga ada petugas dari Dinas Perhubungan dan Satuan Polisi Pamong Praja, serta Dinas Kesehatan. Adapun lembaga lainnya yang diikutsertakan ialan Radio Antar Penduduk (RAPI), Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Tangsel, dan sejumlah komponen relawan serta pelajar. (ccp)