Serpongupdate.com – Polemik pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid beberapa waktu lalu memancing reaksi umat islam. Meski pelakunya telah ditetapkan tersangka, namun diskursus istilah ‘Bendera tauhid’ masih menyisakan perdebatan panjang.
Kalangan intelektual muda Nahdhatul ulama (NU) menuding, framing bendera tauhid sengaja diciptakan oleh kelompok eks Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) guna membangkitkan sentimen umat Islam yang seolah-olah aqidahnya dilecehkan.
Padahal untuk mendapat pengakuan, kalimat tauhid tak pernah membutuhkan bendera sebagai wadahnya. Bahkan sejak zaman Nabi Muhammad Sallallahu ‘alaihi wassalam, bendera warna hitam bertuliskan kalimat tauhid hanya digunakan dalam peperangan.
“Saya terus terang menolak istilah bendera tauhid, sejak kapan tauhid punya bendera? tauhid dalam arti simbol, penanda. Misalnya sebagaimana bendera Indonesia berwarna merah putih, misalnya juga bendera PSSI. Jadi penyebutan bendera tauhid memang tak ada,” kata Jamalludin Muhammad, Intelektual muda NU saat berdebat dalam diskusi “Polemik Bendera Dibakar, Bendera HTI atau Kalimat Tauhid” di daerah Ciputat Timur, Tangerang Selatan (Tangsel), Rabu (31/10/2018).
Menurut dia, istilah bendera tauhid sengaja digunakan eks aktivis HTI sesaat setelah peristiwa pembakaran bendera pada hari santri di daerah Garut, Jawa Barat. Dengan begitu, opini umat Islam akan diprovokasi untuk menyalahkan Banser dan NU yang selama ini lantang mendesak pembubaran HTI dengan sistem khilafahnya.
“Saya melihat istilah penyebutan bendera tauhid untuk memantik sentimen umat islam saja. Seketika saat bendera dibakar, mereka langsung membuat framing bahwa tauhid lah yang dibakar, padahal bukan. Yang dibakar adalah bendera bertuliskan tauhid, itupun untuk menyelamatkan dari hal-hal yang justru akan melecehkannya, dibakar lalu abunya ditaburi ke sungai, itu boleh,” sambungnya.
Dipaparkannya mengenai bendera tauhid, sejak zaman kekhalifahan hingga para sahabat tak ada kesepakatan dikalangan umat Islam tentang bendera tauhid. Fakta itu didukung pula oleh tak ditemukannya hadis-hadis sohih yang menyebut tentang bendera tauhid.
“Dalam hadis sohih tidak ada yang mengatakan jika bendera rosul berisi kalimat tauhid. kalaupun ada, lemah hadisnya, yang diriwayatkan oleh Ibnu Hajar. Silahkan cek masa bani Ummayyah, Abbasiyah, Usmaniyah, tidak ada kesepakatan bendera itu,” jelasnya lagi.
Sementara, aktivis eks HTI yang berasal dari Gema Pembebasan UIN Jakarta tegas menyatakan, bahwa bendera yang dibakar adalah memang bendera tauhid, dan sudah digunakan sejak zaman rosul. Hal itu diperkuat pada beberapa hadist yang menyatakan demikian.
“Terkait bendera tauhid, banyak riwayat menyatakan bahwa umat islam punya bendera, bendera khusus dengan simbol, bahwasanya panji rosulullah adalah liwa, tertulis di bendera itu Laailaaha Illallah Muhammadurasulullah,” ucap Nico Pandawa, pembicara yang mewakili Gema Pembebasan.
Meski HTI telah dibubarkan pemerintah, dilanjutkan Nico, seluruh kadernya akan terus berjuang menegakkan sistem khilafah dengan damai. Dia berujar, bahwa saat ini yang dicabut oleh Kementerian Hukum dan Ham baru sebatas Badan Hukum Perkumpulan (BHP) nya, sehingga tidak otomatis menjadikan HTI sebagai Ormas terlarang.
“Kami dari Gema Pembebasan hanya berafiliasi secara pemikiran dengan HTI, secara struktural tidak mengikat. Apa yang akan kita lakukan selanjutnya tentu memerjuangkan apa yang kita yakini, yaitu melanjutkan kehidupan islam melalui tegaknya sistem khilafah,” tukasnya.
Meski diskusi dihadiri pula oleh barisan kedua kelompok, namun perbedaan dan saling serang pemikiran tetap berlangsung secara tertib. Para pembicara lantas sangat mengharapkan, jika kedepannya semua pemangku kepentingan dapat mengedukasi umat islam agar terhindar dari perpecahan dan adu domba. (ccp)