Serpongupdate.com-Generasi muda selain harus cerdas juga harus pandai dalam memilih teman, karena jika salah bergaul maka bahaya sudah siap mengancam. Seperti terekrut oleh kelompok radikal dan akhirnya menjadi pelaku teror atau bisa saja terjerumus dalam lembah hitam narkoba.
Hal ini yang menjadi bahasan dalam Seminar dengan Tema : “Mewujudkan Generasi C-More Anti Narkoba, Anti Kekerasan dan Anti Radikal” yang digelar di Global Islamic School 2, Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Kamis, (16/11/2017).
Kapolres Tangsel AKBP Fadli Widiyanto yang hadir sebagai pembicara menceritakan tentang kejadian yang belum lama terjadi yaitu pembakaran Kantor Polres Dharmasraya.
“Belum lama ini telah terjadi aksi teror di Polres Dharmasraya dengan membakarnya. Pelaku berjumlah dua orang dan akhirnya ditembak mati. Salah satu pelaku adalah anak seorang perwira Polisi. Kenapa ini bisa terjadi ? Karena anak polisi tersebut salah bergaul dengan teman yang salah akhirnya anak polisi tersebut menjadi radikal,” kata Kapolres.
Menurut Kapolres Islam sangat mengedepankan kasih sayang, ada ayat Alquran yang menyatakan bahwa jika kamu membunuh satu orang maka sama saja membunuh seluruh umat manusia.
“Sehingga jika ada pelaku bom bunuh diri maka bisa dikatakan sebagai kelompok yang radikal,” imbuh Kapolres.
Indonesia tambah Kapolres, adalah negara besar denga 17.000 pulau, 1.200 suku bangsa dan 600 bahasa.
“Perbedaan-perbedaan ini dapat disatukan dengan Pancasila. Musuh dari Pancasila adalah radikalisme yang dapat memecah persatuan dan kesatuan bangsa NKRI,” ucapnya.
AKBP Heri Istu Hariono yang menjabat sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Kota Tangsel mengatakan dirinya sangat prihatin karena para pengguna narkoba sebagian besar adalah usia produktif yaitu para pemuda.
“Narkoba bisa terjadi karena lingkungan, pertemanan dan juga individu. Saat ini dunia menghadapi proxy war atau perang tanpa senjata tetapi menggunakan radikalisme dan juga narkoba,” ungkap Heri Istu Hariono.
Dalam kesempatan yang sama Dandim 0506/Tgr, Letkol Inf Imam Gogor mengingatkan bahwa generasi muda harus ada nasionalisme dan patriotisme serta harus mengetahui geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulan dan ratusan suku.
“Saat ini dunia tanpa batas sehingga terkadang kita lupa menyaringnya dan dapat membahayakan pergaulan generasi muda. Peran penting pemuda sudah mulai terlihat sejak Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Sumpah Pemuda membuktikan bahwa bangsa Indonesia yang berbeda-beda bahasa suku dan bangsa berhasil dipersatukan oleh pemuda Indonesia,” pungkasnya.
Dalam seminar ini juga dihadirkan mantan pencandu Narkoba yaitu Imam Mahendra yang saat ini sudah berhasil pulih dan bergabung dalam organisasi anti narkoba Indonesia Bisa.