Rencana penutupan GT Karang Tengah tersebut merupakan angin segar bagi para pelaku bisnis property development di wilayah sekitar, seperti Tangerang Selatan, Kota Tangerang, dan Kabupaten Tangerang. Pasalnya, kepadatan di GT Karang Tengah yang cukup panjang dengan antrean kerap mencapai lebih dari 10 kilometer saat jam sibuk akan terurai, sehingga akses menuju Jakarta-Tangerang dipastikan lancar.
“Gerbang Tol Karang Tengah April ini tetap akan dibongkar, tidak akan PHP (Pemberi Harapan Palsu) lagi. Pokoknya jadi dibongkar,” kata Gani Ghazaly Akman, Direktur Pembangunan Jalan Ditjen Bina Marga Kementerian PU-PR.
Direktur Marketing Kingland Avenue @Alam Sutera Bambang Sumargono mengatakan, dengan penutupan GT Karang Tengah, maka jalur Serpong – Kebon Jeruk bahkan Tomang bisa ditempuh hanya 10 menit, dimana sebelumnya membutuhkan waktu sekitar 1 – 1,5 jam. “Apalagi Serpong – Bandara Soetta (Soekarno Hatta) akan dapat ditempuh dalam waktu yang lebih singkat,” ujarnya.
Bambang meyakini, kondisi tersebut mampu mendorong pasar properti di tiga wilayah Tangerang pada tahun ini akan lebih bergairah dibanding sebelumnya. Pasar hunian khususnya apartemen akan memasuki siklus pertumbuhan baru, sekaligus sebagai momen kebangkitan industri properti Tanah Air. Sektor properti bakal menjadi ladang investasi yang sangat prospektif dibanding instrumen investasi lainnya.
Menurut Bambang indikatornya jelas, dari sisi makro ekonomi, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun ini cukup optimistis, yakni sebesar 5,3% dengan tingkat inflasi 3,5%. Tahun lalu, tingkat inflasi nasional sebesar 3,02 persen, terendah sejak 2010. Sedangkan dari sisi moneter, Bank Indonesia (BI) juga telah memangkas suku bunga kredit pemilikian rumah (KPR) maupun kredit pemilikan apartemen (KPA) ke level single digit, dikisaran 8% – 9%.
Bahkan, BI kembali merelaksasi kebijakan loan to value (LTV) dengan menurunkan besaran down payment (DP) KPR/KPA dari sebelumnya sebesar 20% menjadi 10%. Selain itu, membolehkan transaksi rumah indent untuk kedua, ketiga, dan seterusnya. “Sejumlah indikator tersebut menambah keyakinan kami bahwa industri properti dalam negeri akan kembali bangkit mulai tahun ini,” ucap Bambang.
Indikator lain, adalah kesuksesan implementasi program tax amnesty. Pada Maret 2017, Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan telah mencatat uang tebusan sebesar Rp 111 triliun dengan total aset baik berada di luar negeri maupun dalam negeri yang dilaporkan mencapai Rp 4.371 triliun.
“Sejumlah indikator tersebut akan menjadikan investasi properti memasuki babak baru yang sangat menjanjikan di tahun 2017,” imbuhnya.