Serpongupdate.com – Penggunaan teknologi properti dari kayu olahan sistem knockdown alias rakit tahan rayap dan tahan api disebut dapat mengatasi angka backlog. Teknologi ini dikenal lebih murah dibanding bahan material properti lainnya yang harganya makin melambung.
Arsitek Senior dan Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti Nirwono Joga mengatakan, untuk menerapkan teknologi kayu yang ramah lingkungan di sektor properti perlu digencarkan edukasi ke publik. Terdapat tiga pihak yang bertanggungjawab dalam mendukung penerapan adopsi teknologi kayu ramah lingkungan yakni pemerintah daerah, pengembang, dan arsitek.
Ketiganya, menurut Nirwono, harus mengangkat kembali dan membangun rasa bangga terhadap arsitektur lokal yang melihat sejarahnya merupakan rumah berbahan bangunan lokal ramah lingkungan, termasuk disini kayu, bambu, batu kali.
“Pemda harus siapkan perda yang mewajibkan mengangkat arsitektur lokal dan berbahan ramah lingkungan, pengembang dan arsitek wajib mengikutinya, kalau tidak pemda tidak memberikan IMB,” kata Nirwono, Jum’at (22/9).
Ia menambahkan, minimnya adopsi teknologi properti dan penggunaan bahan alternatif membangun rumah juga dipengaruhi oleh tidak ada kebijakan tata ruang yang konsisten kepada masyarakat dan pengembang. Padahal, dalam membangun, kawasan hunian, Kawasan Ruang Terbuka Hijau harus seimbang.
Selama ini, kata dia, konsep pengembangan kawasan di kota kawasan perkotaan belum diarahkan ke kepadatan sedang-tinggi untuk menghemat lahan, juga belum ada pembatasan rumah tapak di dalam kota dan menerapkan prinsip bangunan hijau.
Selain itu, mendesak juga dilakukan revitalisasi kawasan padat penduduk dan padat bangunan di pusat kota, dengan mendorong hunian vertikal, juga perbaikan kampung dalam kota.
“Juga perlu dilakukan pengembangan rumah tapak dengan kepadatan rendah-sedang bisa ke arah pinggiran kota dengan teknik arsitektur lokal yang seringkali lebih hemat biaya, cepat dari sisi pembangunan, dan ramah lingkungan. Contoh rumah panggung kayu dan bambu dengan teknik pengawetan tinggi sehingga bertahan lama,” tuturnya.
Nirwono menegaskan, agar adopsi teknologi kayu itu bisa bertahan lama, dilakukan penguatan lingkungan seperti pelestarian hutan kayu dan hutan bambu sehingga menambah luas RTH dan memperbaiki kualitas lingkungan pemukiman.
“Pada dasarnya pembangunan berkelanjutan harus diterapkan di mana pembangunan perumahan dan pemukiman harus ramah lingkungan. Dengan begitu, pada akhirnya memperbaiki kualitas lingkungan, dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan penghuninya,” ujarnya. (abe)