33.2 C
Tangerang Selatan
Sabtu, 4 Januari 2025
Serpong Update
EDUCATION

Melawan Sadness Paradox: #Apresiasik Ajak Gen Z Mengeksplorasi Musik Lokal di Luar Lagu Sendu

Serpongupdate.com  – Hasil penelitian dari Spotify menemukan bahwa pendengar musik di Indonesia terutama Gen Z cenderung mendengarkan lagu yang bernuansa sendu. Melihat dari valensi algoritma yang telah diteliti oleh Spotify, rata-rata valensi daftar putar lagu teratas Indonesia sekitar 0,38. Angka rendah ini membuktikan bahwa lagu yang diputar di Indonesia bernuansa sendu dan menjadi rata-rata valensi terendah dibandingkan dengan daftar putar lagu di negara lain. Merujuk pada hasil penelitian ini, dapat disimpulkan adanya fenomena Sadness Paradox di antara pendengar musik di Indonesia di mana para pendengar cenderung menikmati atau kerap mendengarkan lagu-lagu bernuansa sendu.

Kampanye #Apresiasik merupakan sebuah inisiasi mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Bakrie dalam rangka mendukung musik dan musisi lokal Indonesia yang menghadirkan karya beragam serta menyentuh berbagai aspek kehidupan. Kampanye #Apresiasik telah dilaksanakan sejak Juni 2024, sekaligus untuk memperingati World Music Day yang diperingati setiap tanggal 21 Juni.

Kali ini, #Apresiasik mengusung tema HTS (Hentikan Tangis Sejenak) dengan tujuan mengapresiasi dan mendukung musisi lokal yang berkarya di luar genre pop ballad, seperti rock, blues, dan jazz. Kampanye ini juga dilakukan untuk mengajak masyarakat mendengarkan musik secara legal serta menolak pembajakan musik. #Apresiasik menyediakan wadah bagi para artis termasuk musisi independent (indie) untuk menampilkan beragam landscape musik Indonesia, mendorong Gen Z di Indonesia dalam mengeksplorasi dan menghargai berbagai genre lokal serta menawarkan exposure yang lebih luas kepada artis dan musisi baru.

Jessica Carla, dosen pengampu mata kuliah Aktivasi Merek program studi Ilmu Komunikasi Universitas Bakrie menyampaikan, Aktivasi #Apresiasik ini lahir sebagai wujud nyata metode experiential learning, dimana mahasiswa-mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Bakrie diberikan kesempatan belajar melalui pengalaman langsung di lapangan. #Apresiasik adalah sebuah kontribusi nyata dari generasi Z dan milenial untuk mendukung industri musik lokal.

Tebet Eco Park menjadi saksi dari kampanye #Apresiasik, pada 28 Desember 2024 lalu. Dalam kampanye yang dilaksanakan baik secara online maupun offline tersebut terdapat tiga kegiatan utama yang penuh kreativitas: HTS TikTok Stitch Challenge, Busking, dan Wartel. HTS TikTok Challenge adalah bagian online, di mana penyanyi lokal berbagi cover, karya seni, atau kreasi mereka dalam genre yang jauh dari lagu bernuansa sendu di TikTok.

Selain itu, Apresiasik membuka peluang bagi musisi lokal untuk tampil dengan mengajukan karya mereka melalui form submission yang nantinya akan dikurasi oleh tim Apresiasik. Musisi lokal yang terpilih akan mendapatkan kesempatan emas yaitu tampil di panggung khusus dalam acara offline yaitu kegiatan interaktif busking dan wartel musik.

Kegiatan Apresiasik yang dihadiri oleh kurang lebih sebanyak 688 orang dan di media sosial terdapat lebih dari 20 orang yang dengan antusias mengunggah kreasi mereka, telah memberikan pengalaman langsung untuk mendukung karya musik lokal serta dampak nyata dalam mengedukasi masyarakat sekaligus meningkatkan apresiasi terhadap musisi lokal. Kegiatan yang dipersiapkan selama lebih dari dua bulan ini melibatkan kolaborasi erat antara mahasiswa, musisi lokal, dan komunitas.

Ketua Pelaksana #Apresiasik, Farrel Boediharjo menjelaskan, teknologi dan media sosial telah membuat segalanya lebih praktis, memungkinkan kita menikmati apa yang disajikan dengan mudah. Namun, kemudahan ini sering kali memperlebar jarak antara musisi yang berkarya demi memenuhi selera pasar dan mereka yang menciptakan karya dari hati. Melalui APRESIASIK, kami ingin menjembatani jarak itu. Kami tidak hanya ingin menyediakan ruang bagi talenta lokal untuk berkembang dan terhubung dengan komunitas yang turut menyuarakan karya mereka ke lebih banyak orang, namun juga mengingatkan kepada masyarakat bahwa masih ada begitu banyak talenta yang masih menunggu untuk ditemukan dan diapresiasi. Jika kita mampu melampaui batasan algoritma dan membiarkan telinga kita mengeksplorasi tanpa batas, kita akan menemukan begitu banyak suara luar biasa yang selama ini tersembunyi. (Rls)

Berita Terkait

Leave a Comment