Ramadan tak mengendurkan semangat masyarakat Kota Tangerang khususnya para warga keturunan Tionghoa, untuk menghadiri Perayaan Peh Cun yang digelar di Bantaran Sungai Cisadane, Jalan Kali Pasir, Kecamatan Tangerang, Selasa (30/05).
Kemeriahan sudah terlihat dari mengularnya kendaraan menuju lokasi acara. Kendaraan roda dua, empat dan masyarakat, memenuhi sepanjang lokasi.
Perayaan Peh Cun di Sungai Cisadane, Kota Tangerang, adalah salah satu yang tertua di Indonesia. Menurut sejarahnya, perayaan yang digelar rutin oleh perkumpulan Boen Tek Bio ini, sudah ada sejak tahun 1910 dan selalu diisi oleh berbagai ritual dan tradisi unik.
Sebelum diadakan di Sungai Cisadane, perayaan ini diadakan di kawasan Kota, Jakarta. Tapi karena sungai di sana mengalami pendangkalan, perayaan Peh Cun dipindahkan ke Sungai Cisadane.
Warga saling berebut bebek yang dilepaskan panitia ke sungai, untuk kemudian ditangkap para peserta lomba tangkap bebek. Sebagai salah satu rangkaian dari kegiatan Peh Cun.
Wali Kota Tangerang, Arief Rachadiono Wismansyah ikut menyaksikan keseruan para warga yang sedang berebut bebek dari perahu yang ditumpanginya bersama Kepala Satpol PP Kota Tangerang, Mumung Nurwana, Camat Tangerang, Agus Hendra, serta yang lainnya.
Seusai acara, Arief mengemukakan, perayaan tahunan ini diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat etnis Tionghoa maupun non Tionghoa, mulai dari pejabat pemerintahan hingga masyarakat sipil.
Menurutnya, apa yang disajikan dalam Peh Cun, adalah sebuah potret keberagaman seni budaya yang dapat menyatukan setiap elemen yang ada di masyarakat khususnya masyarakat Kota Tangerang.
Apalagi Bangsa Indonesia, dengan segala keanekaragaman yang dimilikinya, suku, budaya, etnis, agama, ras, dibutuhkan kesabaran dan kebersamaan kita semua untuk senantiasa menjaga dan merawatnya.
Dengan rutinnya acara Peh Cun, Arief berharap, selain menjadi daya tarik wisata juga akan semakin merekatkan tali persaudaraan sesama warga khususnya di Kota Tangerang.
“Keberagaman adalah sebuah anugerah. Mari terus kita jaga dan optimalkan sehingga menjadi sebuah kekuatan dalan membangun dan menjadikan Kota Tangerang semakin maju dan sejahtera,” pesannya.
Sementara itu, Oey Tjin Eng, selaku Humas Panitia Peh Cun, menuturkan, pada rangkaian kegiatan Peh Cun kali ini, masyarakat Tionghoa melakukan persembahyangan untuk menolak bala dari cuaca ekstrim. Dilanjutkan dengan melempar bacang ke Sungai Cisadane, dengan makna menghormati jasa Qu Yuan dalam mempertahankan kebenaran demi membela negara.
Selain melempar bacang, ada juga tradisi buang bebek, yang dimana bebek tersebut dilempar ke sungai untuk ditangkap kembali dan sayap bebeknya terdapat pita yang berisikan doorprize yang bisa ditukarkan.