Serpongupdate.com – Koordinator Relawan Padamu Negeri, Lukman Hakim menyebut pemerintah harus mengedukasi masyarakat agar bisa mengantisipasi terpengaruh berita hoaks. Dengan mengedukasi, masyarakat dapat memilah sendiri berita yang mereka dapatkan.
Hal ini disampaikannya dalam acara Diskusi Publik dan Bedah Buku ‘Deradikalisasi Terorisme’ di Aula Madya UIN Syarif Hidayatullah, Jalan Juanda, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Kamis (19/4/2018).
“Diperlukan filter, pemerintah harus mengedukasi kepada masyarakat. Masyarakat harus dibikin cerdas, dengan otomatis kan mereka itu dapat memfilter mana berita yang benar mana yang bukan,” ujar Lukman.
Namun Lukman berpendapat pemerintah masih belum maksimal dalam mengedukasi masyarakat dan hanya sebatas seremoni. “Saya melihat ini belum maksimal dilakukan pemerintah. saya melihatnya masih sebatas seremoni-seremoni saja,” tambahnya
Acara diskusi dan bedah buku ini sebagai bentuk ambil bagian dari relawan Padamu Negeri Provinsi Banten dalam mengedukasi masyarakat.
“Tujuan kegiatan ini adalah memberikan edukasi kepada masyarakat bagaimana terhadap informasi digital harus ada filter. Jadi jangan lalu mempercayai, mengimani sesuatu yang belum tentu kebenarannya,” ungkapnya
Sementara Direktur Yayasan Jalin Perdamaian, Yudi Zulfahri, di tempat yang sama mengatakan kelompok mahasiswa dan pemuda adalah kelompok yang paling rentan terpengaruh paham ekstrim.”Mahasiswa, pemuda, itu kelompok yang paling rentan terpengaruh dengan paham ekstrim,” ujarnya.
Yudi mengatakan hal itu berdasarkan pengalamannya yang pernah terjerumus dalam dunia terorisme karena terpengaruh paham ekstrim semasa kuliah.
Ia menyebut masa usia 20-an dan mahasiswa sebagai masa kritis dalam berpikir. Dan pemuda dalam kondisi tersebut yang sering jadi sasaran para teroris dalam memengaruhi paham ekstrimnya.
“Kenapa, karena ketika masih usia 20-an lagi kuliah, itu semangat lagi tinggi-tingginya, berhijrah sedang kritis-kritisnya. Pemerintah salah semua lah pokoknya, Itu yang dimainkan sebenarnya dengan kelompok-kelompok ekstrem radikal,” ujar pria yang lulusan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) itu.
Ia berharap kepada para mahasiswa, tidak mempelajari agama dengan ‘kacamata kuda’, agar memiliki pandangan yang luas. “Jangan beragama dengan kaca mata kuda, Islam itu luas khazanah keilmuannya luas, pelajari semuanya,” tutupnya. (ccp)