Serrpongupdate.com – Debat ketiga yang menampilkan Calon wakil presiden (Cawapres) dari pasangan 01 dan 02 telah selesai dilakukan. Dalam kesempatan itu, KH Ma’ruf Amien dan Sandiaga Salahudin Uno membeberkan program dan gagasannya masing-masing tentang pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sosial dan budaya.
Dari penampilan itu, pengamat sekaligus juga dosen politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pangi Syarwi Chaniago mengungkapkan, gagasan yang disampaikan Maruf Amin dalam debat menguatkan visi misi Joko Widodo (Jokowi). Berbeda dengan Sandiaga Uno yang beragam gagasannya dinilai kurang sinergis dengan visi misi Prabowo Subianto.
“Visi misi Cawapres 01 terbukti menyatu dengan Jokowi, itu patut diapresiasi. Berbeda dengan Cawapres 02 yang lebih menampilkan gagasan pribadi seperti program OK-OC,” terang Pangi saat dihubungi, Selasa (19/3/2019).
Dia menyebutkan, visi misi Cawapres mestinya tidak boleh berjalan sendiri. Melainkan harus sinergi sebagai pasangan calon. Dicontohkannya, visi dan misi yang dipaparkan Ma’ruf Amin dalam debat, terbukti menyatu dengan progam-program yang dijalankan oleh pemerintahan Jokowi-JK saat ini.”Ini bisa dikritik juga, harusnya pasangan calon itu gagasan pemikirannya sejalan, sehingga seandainya terpilih dapat melaksanakan kerja bersama sesuai program dan gagasannya itu,” jelasnya.
Senada dengan pandangan itu, Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Ma’ruf Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Julia Mihardja, mengingatkan kepada semua masyarakat, bahwa Indonesia tak boleh memiliki Wakil Presiden yang gagasannya tidak seirama dengan visi-misi Presidennya.
“Konsistensi Kiai Ma’ruf yang menjabarkan program Jokowi, telah memberikan sentuhan religius yang sangat cocok ditampilkan. Semua pemimpin punya tugas menciptakan kemaslahatan bangsa dan melindungi umat,” kata Julia dihubungi terpisah.
Sebaliknya, ucap dia, penyampaian Sandiaga yang kerap mengkritik program pemerintahan Jokowi terkesan sebatas asal kritik. Misalnya soal kritik terhadap BPJS Kesehatan, namun di sisi lain Sandiaga tidak juga memberikan solusi konkret.
Terkait ide Sandiaga untuk menerapkan program OK-OC di Indonesia, Julia menilai, program tersebut telah usang karena tidak mengalami perubahan signifikan.
Data menunjukkan, dari target OK-OC sebanyak 40 ribu per tahun, yang mendaftar hanya 1000 atau 2.5 persen dan hanya 150 orang yang dapat modal.”Cawapres 02 lebih menampilkan gagasan pribadi dengan program usang yang telah gagal diterapkan di DKI Jakarta, yakni OK-OC,” ungkapnya.
Selain itu, Julia pun menilai jika dalam gagasan yang disampaikan Sandiaga tak ada hal yang baru. Seperti pada sektor pendidikan, konsep link and match yang diinginkan Sandiaga sebenarnya sedang dilakukan pemerintahan Jokowi-JK.
“Berbeda dengan Kiai Ma’ruf yang akan menyatukan koordinasi lembaga riset dengan membentuk Badan Riset Nasional, merupakan langkah jitu guna memaksimalkan penelitian dan pengembangan di Indonesia,” jelas dia.
Hal lainnya yang dikritisi dari pemaparan Sandiaga adalah soal wacana menghapus Ujian Nasional (UN). Menurut Julia, menghapus UN hanya akan menambah persoalan baru dalam dunia pendidikan.
“Ketiadaan UN akan membuat standar peserta didik di Indonesia menjadi sangat besar perbedaannya. Sandiaga perlu belajar lagi tujuan dari pelaksanaan ujian nasional,” terang Julia.
Masih kata Julia, dalam bidang pendidikan dan pembenahan sumber daya manusia gagasan Sandiaga bisa dibilang tak kongkret dan mengawang-awang. Dia membandingkan dengan gagasan yang disampaikan Kiai Maruf pada bidang pendidikan, di mana gagasannya lebih merakyat dan mudah dicerna.
“Bandingkan dengan apa yang dipaparkan Kiai Ma’ruf bahwa pemerintah akan sediakan beasiswa hingga pendidikan tinggi, sehingga setiap anak Indonesia bisa menggantungkan cita-cita nya setinggi langit tanpa khawatir dengan mahalnya biaya pendidikan,” tukasnya. (jol)