33.5 C
Tangerang Selatan
Senin, 14 April 2025
Serpong Update
LIFESTYLE

PPKM Level 4 Dilanjut, Asphira Tangsel Minta Pemkot Berikan Kelonggaran

Serpongupdate.com – Asosiasi Pengusaha Hiburan (Asphira) di Tangerang Selatan, mengaku sudah tidak mampu menjalankan operasional usaha di masa PPKM Level 4 saat ini. Mereka meminta Pemkot Tangsel, memberikan kelonggaran – kelonggaran terhadap aktifitas masyarakat.

“Saat ini karena kita sudah tutup total tidak ada omzet. Sudah sekarat, di PPKM Level 4 ini udah stadium akhir,” ungkap Ketua Asosiasi Pengusaha Hiburan (Asphira) Kota Tangerang Selatan, Yono Haryono saat menyampaikan apsirasinya ke DPRD Tangsel, Kamis 5 Agustus 2021.

Atas kondisi tersebut, banyak pekerjanya kembali ke kampung halaman mereka, dengan beralih profesi ke sektor lain. Terutama, para pemandu lagu yang ditengarai menjajakan jasa layanan seks terselubung melalui daring atau booking order (BO)

“Ada yang pulang kampung bertani, kalau yang open booking itu di luar kontek kita. (Tapi) mereka kan mau hidup, kalau itu sampai terjadi ini dosa kita semua. Karena mungkin ingin bertahan hidup, survive,” kata Yono.

Untuk itu, dia meminta Pemerintah dan DPRD Tangsel, agar menurunkan level PPKM di wilayah Tangsel. Agar adanya kelonggaran – kelonggaran yang bisa memacu pemulihan ekonomi untuk sektor usaha pariwisata.

“Sudah 80 persen pelaku usaha hiburan yang divaksin, mulai dari bartender, LC dan lainnya tinggal vaksin kedua dalam beberapa waktu hari ini. Maka itu bagaimana kita berubah level  dengan indikator yang ada, sehingga kita bisa normal beraktivitas lagi,” jelas dia.

Ketua Pengusaha Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Tangsel, Gusri Effendi menegaskan, saat ini para pelaku usaha yang berada di sektor usaha penyedia jasa makanan di Tangsel, dikatakannya telah pingsan. Karena biaya operasional yang tidak sebanding dengan rata – rata penjualan harian mereka.

“Rata-rata tamu dihotel antara 15-20 persen. Padahal listrik dan pegawai tetap costnya. Kalau ini terus diperpanjang, daya tahan kita sudah nggak punya. Semakin pingsan,” ungkap dia.

Gusri menegaskan, penjualan yang ditopang oleh aplikasi melalui daring, tidak dapat mengalahkan penjualan secara langsung atau dine in untuk usaha restoran dan cafe.

“Orang datang ke restoran kan utamanya pengen nongkrong. Ada yang diobrolin. Kalau dine-in mending cari warteg lebih murah. Cost karyawan 20 persen, penerimaan 10 persen, hitung sendiri lah, pingsan kita,” jelasnya. (Han/Foto : ist)

Berita Terkait

Leave a Comment