Serpongupdate.com – Perguruan tinggi melalui mahasiswa diminta untuk terjun langsung ke lapangan melihat permasalahan industri kemudian dicatat dan dikaji di kampus. Dari hal tersebut, mahasiswa bisa melakukan penelitian untuk membantu permasalahan masyarakat.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kabid Perindustrian Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Tangsel, Ferry Payacun saat hadir sebagai pemateri pada acara Kuliah Umum bertajuk “Peningkatan Kualitas IKM Dalam Bidang Pangan Olahan” diselenggarakan oleh Program Studi Teknologi Industri-Institut Teknologi Indonesia (ITI), Kecamatan Setu, Tangsel pada Rabu, 4 April 2018.
Di hadapan mahasiswa Ferry yang sudah melanglang buana menjadi narasumber baik di lingkungan Tangsel hingga lingkungan kementerian dan kampus-kampus selalu memberikan kesan tersendiri. Gaya bicaranya singkat, padat dan jelas mengena pada sasaran. pada realita, fakta di lapangan apa yang dibutuhkan bagi IKM. Selalu mengambil sudut pandang, kebutuhan IKM itu apa?
Berbagai program kebijakan Pemkot Tangsel diterapkan untuk menuntun, memberikan petunjuk bagi IKM agar produksinya tak hanya bagus berkulitas tapi menarik, higienis dan memiliki nilai jual, baik dari kemasan, rasa, tampilan, dan harga kompetitif. Hal ini tentu bisa diwujudkan melalui teknologi.
“Di ITI berarti mahasiswanya bagaimana membuat teknologi yang harus digunakan masyarakat. Yang dibutuhkan masyarakat teknologinya baru kampus itu menjawab dengan kemampuan dan keahlian mereka,” tambahnya.
Ferry merinci apa saja yang sudah diberikan oleh Pemkot Tangsel kepada IKM, seperti izin edar, halal food, dan izin-izin yang lain secara gratis. Namun itu semua sepertinya belum cukup untuk menyelesaikan segudang persoalan IKM yang harus diselesaikan satu persatu hingga mereka benar-benar menjadi IKM profesional.
“Saya juga ingin ada klinik pangan untuk menjawab produk-produk IKM yang dibuat. Klinik pangan itu bisa di ITI dan di pemkot. Tujuannya ada klinik untuk meningkatkan kualitas dan mutu produk. Masyarakat bisa konsultasi langsung dengan ahlinya di klinik itu. Selain klinik pangan bisa juga klinik merk, klinik HAKI, klinik permodalan dan lainnya mampu memberikan solusi,” paparnya.
Hadirnya ITI diharapkan memberikan banyak manfaat dan bisa berkontribusi dengan maksimal melalui pembagian tugas. ITI diharapkan mampu menjadi harapan baru bagi IKM, misalnya dengan fasilitasi mulai dari Good Manufacturing Practices (GMP) agar mengajarkan cara proses yang baik dan benar dan Gugus Kendali Mutu (GKM) juga perlu dikendalikan.
Masyarakat butuh teknologi untuk mengatasi persoalan yang ada. Misalnya masyarakat Ciputat yang menjalani usaha dengan membuat tepung ikan.
“Tepung ikan ini bahan bakunya terbuat dari limbah, yaitu kepala dan tulang ikan. Dari pada sampah itu dibuang ke Cipecang dan menumpuk lebih baik diolah kembali sehingga bermanfaat untuk pakan hewan. Bahkan hasilnya pun bisa dijual,” kata Ferry.
Namun dalam proses ini tentu masih secara manual dilakukannya. Diharapkan dengan adanya teknologi bisa membantu para IKM untuk mempersingkat cara pembuatan bahkan memperbanyak pengolahan.
Pengembangan IKM di Tangsel sebagai basis ekonomi kerakyatan disokong banyak dinas seperti Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Lingkungan Hidup untuk persoalan sampah, Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan untuk pasokan bahan baku seperti ikan dan lain-lain.
Dengan sokongan ITI pada IKM Tangsel, bukan tidak mungkin lagi kota perdagangan barang dan jasa terus berjaya dengan berbagai jenis perdagangan produk yang pada akhirnya sekian banyak investor berbondong-bondong menyerbu Tangsel. Sudah saatnya pemerintah, perguruan tinggi dan komunitas masyarakat bergandengan tangan untuk memajukan daerah sendiri. (rls/sbr)