Serpongupdate.com – Kedai kopi berkonsep food truck yang dikelola tiga pemuda penyandang disabilitas viral di media sosial (medsos).
Kedai Kopi yang diberinama Kito Rato ini banyak diburu konsumen yang penasaran dengan racikan dan pelayanan penyandang disabilitas ini. Bahkan, di salah satu instagram telah dilihat ribuan netizen dengan berbagai tanggapan positif mendukung dan menyemangati ketiga pemuda tersebut untuk menjadi entrepreneur.
Ketiga penyandang disablitas yakni, Wahyu Alistia (25) asal Lampung tanpa satu tangan, Saldi Rahman (23) asal Padang tanpa satu kaki, dan Rendy Agusta (25) asal Pekanbaru tanpa satu tangan memberanikan diri membuka usaha di bidang food and beverage (fnb) di kawasan Pasar Granada Square BSD Rawa Buntu, Serpong, Kota Tangsel.
Sebelumnya ketiga asal Pulau Sumatera ini telah bekerja di perusahaan. Namun ingin keluar dari zona nyaman tidak ingin kerja dan mengubah hidup lebih bermanfaat dan mandiri.
“Kami ingin menunjukkan bahwa kami mampu berwirausaha seperti anak muda lainnya, tidak ada batasan dan alasan bagi kami untuk menggapai cita-cita yang sama,” kata Wahyu Alistia, saat ditemui dilokasi, Rabu, (21/8).
Pria yang biasa disapa Alis ini bercerita awalnya bertemu dua rekannya di yayasan pelatihan disabilitas di Cibinong, Bogor. Ternyata, ketiganya mempunyai misi yang sama untuk membuka usaha. Ketiganya pun memberanikan diri lepas dari kerjaan di perusahaan.
“Kita ingin disamaratakan dengan orang yang normal. Kami juga punya keinginan yang sama. Kekurangan kita bukan halangan untuk maju dengan membuka usaha,” ujarnya.
Menurutnya, keinginan kuat dan jiwa usaha yang dimiliki bersama rekannya menjadi modal dasar membuka coffe Shop yang menyediakan kopi dan milkshake ini. Adapun filosopi Kito Rato ini mereka ingin disamaratakan.
Ditambahkan, rekan Alis, Saldi mengaku setelah kecelakaan kakinya terpaksa harus diamputasi. Mentalnya jatuh dan putus asa. Namun, setelah mengikuti pelatihan disabilitas pikirannya mulai terbuka dan harus move on.
“Kalau ingat dulu sehabis kecelakaan yang sebabkan kaki saya diamputasi, saya sempat putus asa, semua yang dicita-citakan, saya anggap selesai. Namun saya selalu dapat motivasi dari ortu, dan melihat kedua adik saya, siapa nanti yang akan membiayai mereka kelak,” terangnya.
Kata Saldi, dipilihnya usaha racikan kopi, lantaran kopi sudah dikenal masyarakat. Mulai masyarakat berpenghasilan rendah maupun mewah menyukai kopi. Selain itu, harganya pun tidak terlalu mahal. “Kopi kita racik sendiri. Salahsatu kopi unggulan kita adalah es kopi susu gula aren,” ucapnya.
Sementara salahsatu pengunjung Rizki mengaku menyukai rasa kopi es susu gula aren. Selain rasanya enak harganya juga puasa dikantong.”Sesuai lah mas. Rasa ma harganya. Walaupun saya bukan penyuka kopi. Tapi kopi ini beda rasanya,” tandas warga sektor 1.1 BSD, Serpong, Kota Tangsel ini. (red)