Serpongupdate.com – Memerebutkan kursi anggota legislatif memang cukup diminati banyak orang. Berbagai profesi dari mulai politisi, artis, model, pengacara, pengusaha, tukang ojek, hingga rakyat jelata berduyun-duyun memberanikan diri mendaftar menjadi calon anggota legislatif (Caleg).
Untuk Pemilu 2019 ini, tercatat ada sekira 575 kursi anggota DPR RI yang akan diperebutkan, 2.207 kursi DPRD Provinsi, dan 17.610 kursi anggota DPRD Kota/Kabupaten. Mereka harus berlomba sebanyak mungkin memeroleh dukungan suara, dengan menempuh berbagai cara selama tak dilarang dalam aturan KPU.
Tentu banyak hal menarik jika mengamati cara-cara yang dilakukan para Caleg dalam mendulang suara. Bagi mereka Caleg berkantung tebal, bukan hal sulit menggelontorkan dana untuk kegiatan tim suksesnya di lapangan.
Namun bagaimana dengan Caleg berkantung pas-pasan atau biasa disebut dhuafa? karena kebutuhan yang harus mereka penuhi cukup banyak, dari membiayai saksi, atribut kaus, spanduk, maupun kebutuhan teknis lainnya hingga hari H pencoblosan. Caleg dhuafa ini harus kreatif bekerja ekstra keras guna mewujudkan cita-citanya menjadi anggota legislatif.
Di Kota Tangerang Selatan (Tangsel), ada salah satu Caleg dhuafa yang rela menempuh cara berbeda. Dimana dia rela berkeliling dari satu lapak ke lapak lain dengan cara mengamen, tujuannya semata-mata untuk mensosialisasikan tentang Pemilu 17 April mendatang.
“Ini saya lakukan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat tentang bagaimana mekanisme pada 17 April nanti, jumlah dan warna kertas suara dan sebagainya,” ungkap Subari Martadinata, Caleg DPRD Provinsi Banten, Selasa (19/3/2019).
Subari Martadinata sejatinya adalah Ketua dari Partai Berkarya di Kota Tangsel. Dia bertarung di tingkat provinsi dengan nomor urut 1, dari Daerah pemilihan (Dapil) Banten 7, yang meliputi wilayah Kota Tangsel. Bukan hal mudah bagi Subari, karena untuk Dapilnya itu, terdapat sejumlah nama petahana yang kembali mencalonkan diri di Pileg.
Menurut Subari, hampir tiap sore hingga larut malam dia berkeliling keramaian. Warung makan, pasar, tempat nongkrong anak muda, warung tenda adalah diantara sejumlah tempat yang gencar dia sambangi satu persatu. Saat mengamen, Subari ditemani seorang sahabatnya yang membawakan alat musik gitar.
“Pindah-pindah saja, kadang ke Pasar Ciputat, besoknya pindah lagi ke lokasi lain. Mencari dimana ada titik keramaian saja. Hampir tiap hari pulangnya sampai larut malam. Tak semua orang bisa melakukannya, karena butuh mental kuat untuk terjun ke tengah masyarakat dengan cara seperti ini,” jelasnya.
Dikatakan Subari, meski terbilang berkategori Caleg dhuafa namun dia tak mau memiskinkan kreatifitasnya dalam menyongsong Pileg nanti. Apalagi kondisi di lapangan menunjukkan, masih banyak masyarakat yang belum memahami perbedaan Pemilu tahun ini dengan yang sebelumnya.
“Ini kan untuk membantu sosialisasi tentang Pemilu itu sendiri. Walaupun sebelumnya program kita juga sudah berjalan melalui jaringan struktur partai, bahkan hingga door to door mensosialisasikan hal ini,” imbuh Subari.
Masih kata dia, aksi mengamen yang dilakukannya itu bukan semata-mata mencari rasa simpatik saja, tapi yang paling utama adalah memberikan edukasi kepada warga sekitar agar turut berpartisipasi dalam Pemilu nanti.”Kami tidak hanya sekedar mengamen, tapi yang paling utama adalah memberi edukasi kepada masyarakat,” jelasnya.
Lebih lanjut, dia menerangkan, Caleg dhuafa seperti dirinya akan memilih terjun langsung ke lapangan, ketimbang mengandalkan tim sukses. Subari berkeras mendaftarkan diri sebagai Caleg Provinsi lantaran keinginan kuatnya, membangun Kota Tangsel secara merata dan berkeadilan.
“Saya sendiri punya cita-cita bagaimana merubah kondisi masyarakat di bawah ini agar lebih terangkat ekonominya, pendidikannya, dan tentu juga kualitas manusianya. Itu semua bisa dilakukan,” tandas Subari. (jol)